A. Studi kasus
Hipertensi Preeklamsi
Ny. artalita 37btahun hamil 7
bulan,di diagnosis dokter menderita preeklamsia (TD 160/90) ,untuk menurunkan
tekanan darahnya di terapi dengan nifedipin.
Pembahasan :
pada kasus di atas, ny artalita mempunyai
tekanan darah 160 / 90 yang masuk dalam kategori hipertensi tahap 2,Ny.
Artalita hamil 7 bulan dan menderita preeklamsia yang disebabkan oleh
hipertensinya tersebut sehingga pengobatannya harus diperhatikan karena dapat
mempengaruhi janin yang dikandungnya. Beberapa obat dapat memberi resiko bagi
kesehatan ibu, dan dapat memberi efek pada janin juga . selama trimester
pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir ( teratogenesis ), dan resiko
terbesar adalah pada kehamilan 3 sampai 8 minggu. Selama trimester ke dua dan
ke tiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional
pada janin atau dapat meracuni placenta. Terapi yang didapat Ny. Artalita
berupa pemberian nifedipin. Menurut kami terapi tersebut tidak tepat karena
pemakaian obat- obat golongan antagonis kalsium seperti verapamil , nifedipin ,
dan diltiazem selama kehamilan ternyata menunjukkan kecenderungan yang besar
terjadinya hipotensi pada maternal dan menyebabkan terjadinya hipoksia fetal.
Nifedipin dapat dipakai sebagai terapi
hipertensi untuk Ny. Artalita jika digunakan bersamaan dengan mg SO4 untuk
mengatasi preeklampsianya (sebagai anti kejang ) . Namun dosis terapinya harus
diperhatikan karena dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan hipotensi yang
lebih parah. Untuk pilihan terapi sebaiknya digunakan metildopa sebagai drug of choice , lalu dapat dipilih juga
hidrolazin dan labetalol.
B. Jenis-jenis
hipertensi kehamilan
1.hipertentensi
kronis
Jika tekanan darah selama kehamilan
tetapi sebelum20 minggu atau berlangsung lebih dari 12 minggu setelah
melahirkan,hal ini dikenal sebagai hipertensi kronis.
2.hipertnsi Gestasional.
Jika td tinggi brkmbang stl 20mggu kehamilan,ini d nmkan hipertensi
gestasional.hiprtensi gstasional biasany hilg stlah kehamilan.
3.Preeklamsi.
Kadang hipertensi kronis atau hipertensi k hamilan menunjukkan
preeklamsi,suatu kondisi serius yg d tandai dengan TD tinggi dan protein dalam
urine setelah 20 minggu kehamilan.Jika tidak di obati,preeklamsi dpt
menyebabkan masalah serius bahkan fatal-komplikasi bagi ibu dan bayi.
C. Penyebab dan Dampak Hipertensi pada Kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adaptasi kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-lain.
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adaptasi kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-lain.
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
OBAT ANTIHIPERTENSI YANG AMAN BAGI IBU HAMIL
a. α-Metildopa :
Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan.
Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan.
Metildopa
Nama Dagang : Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa (Armoxindo) tablet salut selaput 250 mg, Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax (Soho) tablet salut selaput 100 mg
Indikasi : Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.
Kontraindikasi : Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas.
Efek samping : mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat.
Peringatan : mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal, disarankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi.
Dosis dan aturan pakai : oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
Nama Dagang : Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa (Armoxindo) tablet salut selaput 250 mg, Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax (Soho) tablet salut selaput 100 mg
Indikasi : Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.
Kontraindikasi : Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas.
Efek samping : mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat.
Peringatan : mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal, disarankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi.
Dosis dan aturan pakai : oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
b. Labetalol
Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang memiliki kerja penghambat beta lebih dominan dibandingkan antagonis alfa. Melalui penggunaan labetalol, tekanan darah dapat diturunkan dengan pengurangan tahanan sistemik vaskular tanpa perubahan curah jantung maupun frekuensi jantung yang nyata sehingga hipotensi yang terjadi kurang disertai efek takikardia. Selain itu, labetalol juga dapat melakukan blokade terhadap efek takikardia neonates yang disebabkan oleh terapi beta bloker pada ibu . Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai obat alternative yang lebih aman dan efektif diberikan pada kehamilan.
Pemberian labetalol dapat secara
oral maupun injeksi bolus intravena. Dosis oral harian labetalol berkisar dari
200-2400 mg/hari dengan dosis awal 2 x 100 mg. Dosis pemeliharaan biasanya 2 x
200-400 mg/hari. Akan tetapi pada pasien dengan hipertensi gawat, dosis dapat
mencapai 1,2 hingga 2,4 gram/hari.
Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara berulang-ulang 20-80 mg untuk mengobati hipertensi gawat. Mabie, dkk (1987) memberikan labetalol 10 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tekanan darah tidak berkurang dalam waktu 10 menit, pasien diberi 20 mg. Dalam 10 menit berikutnya adalah 40 mg yang diikuti 40 mg dan kemudian 80 mg apabila belum tercapai respon yang bermanfaat. Sedangkan The Working Group (2000)merekomendasikan bolus 20 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tidak efektif dalam 10 menit, dosis dilanjutkan dengan 40 mg, kemudian 80 mg setiap 10 menit, hingga dosis total sebanyak 220 mg.
Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan, lemah, sakit kepala, diare, edema, mata kering, gatal pada kulit kepala dan seluruh tubuh serta susah tidur. Hipotensi postural juga dapat terjadi akan tetapi sangat jarang.
Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara berulang-ulang 20-80 mg untuk mengobati hipertensi gawat. Mabie, dkk (1987) memberikan labetalol 10 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tekanan darah tidak berkurang dalam waktu 10 menit, pasien diberi 20 mg. Dalam 10 menit berikutnya adalah 40 mg yang diikuti 40 mg dan kemudian 80 mg apabila belum tercapai respon yang bermanfaat. Sedangkan The Working Group (2000)merekomendasikan bolus 20 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tidak efektif dalam 10 menit, dosis dilanjutkan dengan 40 mg, kemudian 80 mg setiap 10 menit, hingga dosis total sebanyak 220 mg.
Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan, lemah, sakit kepala, diare, edema, mata kering, gatal pada kulit kepala dan seluruh tubuh serta susah tidur. Hipotensi postural juga dapat terjadi akan tetapi sangat jarang.
Klasifikasi Obat Deuretik
1. Diuretik Golongan Tiazid
Tiazid dan senyawa-senyawa terkaitnya merupakan diuretik dengan potensi sedang . Bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi natrium pada bagian awal tubulus distal. Onset kerja golongan ini setelah pemberian peroral lebih kurang 1-2 jam, sedangkan masa kerjanya 12-24 jam. Lazimnya tiazid diberikan pada pagi hari agar diuresis tidak megganggu tidur pasien. Diuretik tiazid digunakan untuk mengurangi edema akibat gagal jantung dan dengan dosis yang lebih rendah, untuk menurunkn tekanan darah.
Yang termasuk ke dalam golongan obat tiazid yaitu Hidroklortiazid/HCT (Kategori C). indikasi: edema, hipertensi. Peringatan: dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai, mungkin memperburuk SLE (eritema lupus sistemik), usia lanjut, kehamilan dan menyusui, gangguan hati dan ginjal, porfiria. Kontraindikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatis, penyakit addison. Efek samping: hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan, impotensi (reversibel), hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremi, hiperkalsemia, hiperglikemi, peningkatan kadar kolesterol plasma.Dosis: edema, dosis awal 12,5-25 mg sehari, untuk pemeliharaan jika mungin dikurangi, edema kuat pada pasien yang tidak mampu untuk mentoleransi diuretik berat, awalnya 75 mg sehari.Hipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 25 mg sehariUsia lanjut. Pada pasien tertentu dosis awal 12,5 mg sehari mungkin cukup.Bentuk sediaan: Hidroklortiazid (Generik) tablet 25 mg
2. Diuretik Kuat
Diuretik kuat digunakan dalam pengobatan edema paru akibat gagal jantung kiri. Diuretik ini juga digunakan pada pasien gagal jantung yang telah berlangsung lama. Diuretik kuat menghambat resorpsi cairan dari loop henle asending dalam tubulus ginjal dan merupakan diuretik yang kuat. Hipokalemia dapat terjadi, dan perlu hati-hati untuk menghindari hipotensi.
Yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu Furosemid (Kategori C). Indikasi: edema, oligouri karena gagal ginjal. Peringatan: kehamilan dan menyusui, dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia, memperburuk diabetes melitus dan pirai, gagal hati, pembesaran prostat, porfiria. Kontraindikasi: keadaan pra koma akibat sirosis hati, gagal ginjal dengan anuria. Efek samping: hiponatremia, hipokalemia dan hipomagnesia, ekskresi kalsium meningkat, hipotensi, gangguan saluran cerna. Dosis: oral, edema, dosis awal 40 mg pada pagi hari, pemeiharaan 20 mg sehari atau 40 mg selang sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada edema yang resisten. Bentuk sediaan:
1. Diuretik Golongan Tiazid
Tiazid dan senyawa-senyawa terkaitnya merupakan diuretik dengan potensi sedang . Bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi natrium pada bagian awal tubulus distal. Onset kerja golongan ini setelah pemberian peroral lebih kurang 1-2 jam, sedangkan masa kerjanya 12-24 jam. Lazimnya tiazid diberikan pada pagi hari agar diuresis tidak megganggu tidur pasien. Diuretik tiazid digunakan untuk mengurangi edema akibat gagal jantung dan dengan dosis yang lebih rendah, untuk menurunkn tekanan darah.
Yang termasuk ke dalam golongan obat tiazid yaitu Hidroklortiazid/HCT (Kategori C). indikasi: edema, hipertensi. Peringatan: dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai, mungkin memperburuk SLE (eritema lupus sistemik), usia lanjut, kehamilan dan menyusui, gangguan hati dan ginjal, porfiria. Kontraindikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatis, penyakit addison. Efek samping: hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan, impotensi (reversibel), hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremi, hiperkalsemia, hiperglikemi, peningkatan kadar kolesterol plasma.Dosis: edema, dosis awal 12,5-25 mg sehari, untuk pemeliharaan jika mungin dikurangi, edema kuat pada pasien yang tidak mampu untuk mentoleransi diuretik berat, awalnya 75 mg sehari.Hipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 25 mg sehariUsia lanjut. Pada pasien tertentu dosis awal 12,5 mg sehari mungkin cukup.Bentuk sediaan: Hidroklortiazid (Generik) tablet 25 mg
2. Diuretik Kuat
Diuretik kuat digunakan dalam pengobatan edema paru akibat gagal jantung kiri. Diuretik ini juga digunakan pada pasien gagal jantung yang telah berlangsung lama. Diuretik kuat menghambat resorpsi cairan dari loop henle asending dalam tubulus ginjal dan merupakan diuretik yang kuat. Hipokalemia dapat terjadi, dan perlu hati-hati untuk menghindari hipotensi.
Yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu Furosemid (Kategori C). Indikasi: edema, oligouri karena gagal ginjal. Peringatan: kehamilan dan menyusui, dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia, memperburuk diabetes melitus dan pirai, gagal hati, pembesaran prostat, porfiria. Kontraindikasi: keadaan pra koma akibat sirosis hati, gagal ginjal dengan anuria. Efek samping: hiponatremia, hipokalemia dan hipomagnesia, ekskresi kalsium meningkat, hipotensi, gangguan saluran cerna. Dosis: oral, edema, dosis awal 40 mg pada pagi hari, pemeiharaan 20 mg sehari atau 40 mg selang sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada edema yang resisten. Bentuk sediaan:
- Furosemide (Generik) tablet 40 mg
- Farsix (Pratapa Nirmala) cairan inj. 10 mg/ml, tablet 40 mg
- Lasix (Hoechst) cairan inj. 20 mg/2 ml, tablet 40 mg
- Uresix (Sanbe) tablet Ss 40 mg
3. Diuretik Hemat
Kalium
Yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu :
A. Spironolakton (Kategori C) .
Indikasi: edema dan asites pada sirosis hati, asites malignan, sindrom nefrotik, gagal jantung kongestif. Peringatan: produk-produk metabolik manusia berpotensi karsinogenik pada hewan mengerat, usia lanjut, gangguan hati, gangguan ginjal. Kontraindikasi: hiperkalemia, hiponatremia, gangguan ginjal yang parah, kehamilan dan menyusui. Efek samping: gangguan saluran cerna, impotensi, ginekomasti, dismenore, sakit kepala. Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg, anak dosis awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi. Bentuk sediaan:
Yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu :
A. Spironolakton (Kategori C) .
Indikasi: edema dan asites pada sirosis hati, asites malignan, sindrom nefrotik, gagal jantung kongestif. Peringatan: produk-produk metabolik manusia berpotensi karsinogenik pada hewan mengerat, usia lanjut, gangguan hati, gangguan ginjal. Kontraindikasi: hiperkalemia, hiponatremia, gangguan ginjal yang parah, kehamilan dan menyusui. Efek samping: gangguan saluran cerna, impotensi, ginekomasti, dismenore, sakit kepala. Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg, anak dosis awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi. Bentuk sediaan:
- Spironolactone (Generik) tablet 25 mg
- Letonal (Otto) tablet 25 mg, 100 mg
B. Amilorid (Kategori B)
Indikasi: edema, konservasi kalium dengan tiazid dan diuretik kuat. Peringatan: kehamilan dan menyusui, gangguan ginjal, diabetes melitus, usia lanjut. Kontraindikasi: hiperkalemia, gagal ginjal. Efek samping: gangguan saluran cerna, mulut kering, ruam kulit, hiponatremia. Dosis: dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg 2x sehari, maksimal 20 mg sehari
Bentuk sediaan:
- Amiloride (Generik) tablet 5 mg
- Puritrid (Dexa Medica) tablet 5 mg
4. Diuretik
Osmotik
Diuretik golongan ini jarang digunakan pada gagal jantung karena mungkin meningkatkan volume darah secara akut. Mannitol digunakan pda edema serebral. Dosis khasnya 1 g/kg sebagai suatu larutan 20% yang diberikan lewat infus iv yang cepat. Mannitol (Kategori C). Indikasi: edema serebral. Peringatan: gagal jantung kongestif, edema paru. Efek samping: menggigil, demam. Dosis: infus iv, diuresis, 50-200g selama 24 jam, didahului oleh dosis uji 200mg/kg iv lambat.
Bentuk sediaan: Mannitol (Generik) infus 20%
5. Kombinasi Diuretik
Kombinasi antara satu golongan diuretik dan golongan diuretik yang lain. Menghindari kekhawatiran terjadinya hipokalemia dan ketidakpatuhan pasien. Sering digunakan untuk kasus hipertensi. Perlu diperhatikan dosis tiazid, dianjurkan memberi dosis rendah dulu
Diuretik golongan ini jarang digunakan pada gagal jantung karena mungkin meningkatkan volume darah secara akut. Mannitol digunakan pda edema serebral. Dosis khasnya 1 g/kg sebagai suatu larutan 20% yang diberikan lewat infus iv yang cepat. Mannitol (Kategori C). Indikasi: edema serebral. Peringatan: gagal jantung kongestif, edema paru. Efek samping: menggigil, demam. Dosis: infus iv, diuresis, 50-200g selama 24 jam, didahului oleh dosis uji 200mg/kg iv lambat.
Bentuk sediaan: Mannitol (Generik) infus 20%
5. Kombinasi Diuretik
Kombinasi antara satu golongan diuretik dan golongan diuretik yang lain. Menghindari kekhawatiran terjadinya hipokalemia dan ketidakpatuhan pasien. Sering digunakan untuk kasus hipertensi. Perlu diperhatikan dosis tiazid, dianjurkan memberi dosis rendah dulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar