Jumat, 21 April 2017

Antibiotik



BAB I
PENDAHULUAN

1.        LATAR BELAKANG
                Farmakologi berasal dari kata (Yunani) yang artinya farmakon yang berarti obat dalam makna sempit, dan dalam makna luas adalah semua zat selain makanan yang dapat mengakibatkan perubahan susunan atau fungsi jaringan tubuh. Logos berarti ilmu. Sehingga farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap bahan kimia tersebut. Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain. 
                Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untukdi gunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah ataurohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuhmanusia (Anief, 1991).
         Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak jugaorang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatupenyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakandalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkankeracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak akan memperolehpenyembuhan (Anief, 1991).

2.        RUMUSAN MASALAH
a)        Apa saja golongan antibiotik ?

b)        Apa saja golongan antibiotik yang aman untuk ibu hamil ?
c)        Bagaimana interaksi antibiotik dengan obat lain atau makanan ?

3.        TUJUAN DAN MANFAAT
1)          Mengetahui apa saja golongan antibiotik ?
2)          Mengetahui apa saja golongan antibiotik yang aman untuk ibu hamil ?
3)          Mengetahui bagaimana interaksi antibiotik dengan obat lain atau makanan ?

BAB II
PEMBAHASAN

1.        Penggolongan Antibiotik

            Penicilin

        Penisilin adalah antibiotik yang bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dengan                     mekanisme menghambat sintesa dinding sel bakteri. Obat ini berdifusi baik pada                      jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali                 selaput otak mengalami infeksi.

        Obat-obat yang termasuk antibiotik golongan penicilin

        -   Benzilpenisilin (Penisilin G) dan fenoksimetilpenisilin (penisilin V)
        -   Penisilin tahan penisilase : kloksasilin, flukoksasilin
        -   Penisilin spektrum luas : ampisilin, amoksisilin, amoksiklav, bakampililin,                pivampisilin.
        -   Penisilin antipseudomonas : piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, tikarsilin
        -   Mesilinam : pivmesilinam

        Indikasi
        Antibiotik dari kelompok penisilin, nama yang dokter akan memberitahu secara          langsung, digunakan untuk mengobati penyakit diprovokasi oleh   mikro-organisme sensitif terhadap penisilin:
l   pneumonia (lobar dan lobular);
l   empiema;
l   endokarditis bakteri dalam bentuk akut dan podorstroy;
l   sepsis ;
l   pyemia;
l   septicaemia;
l   osteomyelitis dalam bentuk akut dan kronis;
l   meningitis ;
l   penyakit menular empedu dan saluran urine;
l   purulen penyakit menular dari kulit, membran mukosa dan jaringan lunak;
l   angina ;
l   demam scarlet ;
l   mug;
l   anthrax;
l   actinomycosis;
l   difteri ;
l   ginekologi Pyo-inflamasi penyakit;penyakit
l   THT;
l   penyakit mata;
l   gonore, sifilis , ophthalmia

        Kontraindikasi
        Sensitivitas tinggi terhadap antibiotik ini gatal-gatal , pollinosis , asma dan                  manifestasi alergi lainnya.
        Manifestasi pada pasien dengan sensitivitas tinggi untuk sulfonamid, antibiotik          dan obat-obatan lainnya.

        Efek samping
        Dalam penggunaan, pasien harus memahami apa penisilin, dan apa efek samping        yang dapat terjadi.
        Dalam pengobatan gejala alergi kadang-kadang terjadi. Biasanya, gejala-gejala           ini berhubungan dengan sensitisasi organisme akibat penggunaan sebelumnya            obat ini.
        Juga alergi bisa disebabkan oleh penggunaan jangka panjang obat. Penggunaan          pertama dari alergi obat kurang umum.
        Juga selama pengobatan efek samping berikut dapat mengembangkan:
        Sistem pencernaan: mual, diare , muntah.sistem saraf
        Central: reaksi neurotoksik, tanda-tanda meningismus, koma , kram .
        Alergi : urtikaria , demam, ruam pada selaput lendir dan kulit,              eosinofilia, pembengkakan .
Kasus anafilaksis dan kematian. Dalam bentuk ini harus segera masuk adrenalin         intravena.
        Manifestasi terkait dengan efek kemoterapi dari: candidiasis oral candidiasis vagina.

        Cara pemberian
        Aktivitas antimikroba diamati pada aksi lokal dan resorptive penisilin.
        Petunjuk untuk suntikan penggunaan penisilin
l   sarana input dapat subkutan, intramuskular, intravena. Juga, obat diberikan ke kanal tulang belakang.Untuk menjadi terapi paling efektif, dosis harus dihitung sehingga 1 ml darah adalah 0,1-0,3 unit penisilin. Oleh karena itu, obat ini diberikan setiap 3-4 jam. Untuk pengobatan pneumonia , sifilis , meningitis serebrospinal, dan lain-lain. Skema khusus diresepkan oleh dokter.
l   Petunjuk untuk penggunaan tablet penisilin dosis tablet penisilin tergantung pada penyakit dan pengobatan skema, yang memberikan dokter. Sebagai aturan, pasien diberikan 250-500 mg, obat harus diminum setiap 8 jam. Jika perlu, dosis ditingkatkan menjadi 750 mg. Minum pil dianjurkan selama setengah jam sebelum makan atau dua jam setelah makan. Lamanya pengobatan tergantung pada penyakit.

        Aminoglikosida

        Aminoglikosida adalah suatu jenis antibiotik yang digunakan untuk pengobatan         penyakit infeksi oleh bakteri-bakteri aerob gram negatif dan beberapa bakteri        anaerob yang belum resisten terhadap antibiotik golongan ini. Antibiotik ini     bekerja dengan cara mengikat ribosom 30s pada bakteri yang menyebabkan         kegagalan pembacaan mRNA sehingga bakteri tidak mampu mensintesa protein         untuk pertumbuhannya.

        Obat-obat yang termasuk antibiotik golongan aminoglikosida

·             Streptomycin
·             Dihydrostreptomycin
·             Neomycin
·             Framycetin
·             Paromomycin
·             Ribostamycin
·             Kanamycin
·             Amikacin
·             Arbekacin
·             Bekanamycin
·             Dibekacin
·             Tobramycin
·             Spectinomycin
·             Hygromycin B
·             Gentamicin
·             Netilmicin
·             Sisomicin
·             Isepamicin
·             Verdamicin
·             Astromicin

        Indikasi

·             Kegunaan antibiotik aminoglikosida adalah untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri aerob gram negatif, misalnya Pseudomonas, Acinetobacter, dan Enterobacter.
·             Antibiotik golongan ini, misalnya streptomycin berguna untuk pengobatan penyakit TBC meskipun saat ini penggunaanya untuk ini relatif jarang karena alasan toksisitas dan ketidaknyaman saat pemberian.
·             Secara umum antibiotik ini digunakan untuk terapi infeksi serius pada saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, dan infeksi pada saluran pernafasan.

        Kontraindikasi

·             Antibiotik golongan aminoglikosida sebaiknya tidak diberikan pada pasien miastenia gravis karena dapat memperburuk kondisi pasien tersebut.
·             Pemberian antibiotik aminoglikosida pada pasien penderita penyakit mitokondria dapat mengakibatkan terjadinya gangguan terjemahan mtDNA.
·             Jangan memberikan antibiotik golongan ini pada penderita gangguan pendengaran, gangguan organ jantung dan ginjal.

        Efek samping

·             Efek samping antibiotik aminoglikosida yang diberikan secara parenteral adalah toksisitas atau nefrotoksisitas terutama jika dosis dan hidrasi yang sesuai tidak diperhatikan. Oleh karena itu level obat dalam darah dan kondisi ginjal harus diperhatikan.
·             pemakaian antibiotik aminoglikosida dapat menyebabkan efek samping berupa gangguan pendengaran , atau kehilangan keseimbangan, atau keduanya pada individu yang rentan secara genetik.
·             Antibiotik ini juga nefrotoksik , dapat merusak atau menghancurkan jaringan ginjal. Efek ini dapat sangat mengkhawatirkan ketika beberapa dosis terakumulasi selama pengobatan. Hidrasi yang memadai dapat membantu mencegah kelebihan nefrotoksisitas dan hilangnya fungsi ginjal yang semakin parah.

        Cara pemberian

·             Obat ini tidak dapat diserap oleh usus. Oleh karena itu pemberian antibiotik ini dilakukan secara injeksi intravena dan intamuskular.
·             Pemberian secara topikal juga lazim misalnya salep gentamicin.
·             Tobramycin juga bisa diberikan dalam bentuk sediaan nebulasi.
        Makrolida
        Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat,                                  denganciri suatu cincin lakton ( biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom ) di mana          terkait gulagula deoksi. Antibiotika golongan makrolida yang pertama          ditemukan adalah Pikromisin,diisolasi pada tahun 1950 .Macrolide merupakan         salah satu golongan obat antimikroba yang menghambatsintesis protein mikroba.        Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagaiprotein. Sintesis   protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA.Pada bakteri,    ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstantasedimentasi         dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesisprotein,            kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi           ribosom70S. Kerja dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosome sub unit         50S dan mencegahpemanjangan rantai peptida.

        Obat-obat yang termasuk golongan makrolid
        1)    Eritromycin
        2)    Oleandomycin Fosfat

        Indikasi
·             Infeksi Mycoplasma pneumoniae eritromisin 4x500mg  sehari  peroral
·             Pneumonia yang disebabkan oleh Legionella pneumophila, oral   4 x 0,5-1g sehari atau i.v 1-4 g  sehari
·             Infeksi klamidia: merupakan alternatif selain tetrasiklin.
·             Difteri akut maupun carrier efektif dg eritromisin
·             Pertusis, bila diberikan pada awal infeksi mempercepat penyembuhan.
·             Faringitis: dosis awal 30 mg/kg BB selama 10 hari.
·             Tetanus, Sifilis, dan Gonorhoe.

        Kontraindikasi
        Hipersensitivitas terhadap Clarithromycin, Eritromisin atau antibiotik makrolida         lainnya.

        Efek Samping
        1)    Efek-efek gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah dan diare sesekali                        menyertaipemberian oral. Intoleransi ini disebabkan oleh stimulitas                                          langsung pada motilitasusus.
        2)    Toksisitas hati : dapat menimbulkan hepatitis kolestasis akut (demam,                              ikterus,kerusakan fungsi hati), kemungkinan sebagai reaksi                                                                   hepersensitivitas.
        3)     Interaksi-interaksi obat : menghambat enzim-enzim sitokrom P450 dan                           meningkatkan konsentarsi serum sejumlah obat, termasuk teofilin,                                       anti koagulanoral, siklosporin, dan metilprednisolon. Meningkatkan                                konsentrasi serum digoxinoral dengan jalan meningkatkan bioavailabilitas.

        Cara Pemberian
        1)     Infeksi Mycoplasma pneumonia
                Eritromisin yang diberikan 4 kali 500 mg sehari per oral mempercepat                 turunnya panas dan mempercepat penyembuhan sakit.
        2)     Penyakit Legionnaire
                Eritromisin merupakan obat yang dianjurkan untuk pneumonia yang        disebabakan oleh Legionella pneumophila. Dosis oral ialah 4 kali 0,5-1 g   sehari atau secara intravena 1-4 g sehari.
        3)     Infeksi Klamidia
                Eritromisin merupakan alternatif tetrasiklin untuk infeksi klamidia tanpa             komplikasi yang menyerang uretra, endoserviks, rektum atau epididimis.        Dosisnya ialah 4 kali sehari 500 mg per oral yang diberikan selama 7 hari.          Eritromisin merupakan obat terpilih untu wanita hamil dan anak-anak                          dengan infeksi klamidia.
        4)    Difteri.
                Eritromisin sangat efektif untuk membasmi kuman difteri baik pada infeksi        akut maupun pada carrier state. Perlu dicatat bahwa eritromisin maupun           antibiotika lain tidak mempengaruhi perjalanan penyakit pada infeksi akut     dan komplikasinya. Dalam hal ini yang penting antitoksin.
        5)     Infeksi streptokokus
                Faringitis, scarlet fever dan erisipelas oleh Str. Pyogenes dapat diatasi                 dengan pemberian eritromisin per oral dengan dosis 30 mg/kg BB/hari               selama 10 hari. Pneumonia oleh pneumokokus juga dapat diobati secara    memuaskan dengan dosis 4 kali sehari 250-500 mg.
        6)    Infeksi stapilokokus
                Eritromisin merupakan alternatif penisilin untuk infeksi ringan oleh S.     Aureus (termasuk strain yang resisten terhadap penisilin). Tetapi munculnya           strain-strain yang resisten telah mengurangi manfaat obat ini. Untuk infeksi berat oleh stafilokokus yang resisten terhadap penisilin lebih efektif bila      digunakan penisilin yang tahan penisilinase (misalnya dikloksasilin atau           flkloksasilin) atau sefalosporin. Dosis eritromisin untuk infeksi stafilokokus     pada kulit atau luka ialah 4 kali 500 mg sehar yang diberikan selama 7-10   hari per oral.
        7)    Infeksi Campylobacter
                Gastroenteritis oleh Campylobacter jejuni dapat diobati dengan eritromisin         per oral 4 kali 250 mg sehari. Dewasa ini fluorokuinolon telah          menggantikan peran eritromisin untuk infeksi ini.
        8)     Tetanus
                Eritromisin per oral 4 kali 500 mg sehari selama 10 hari dapat membasmi             Cl. tetani pada penderita tetanus yan alergi terhadap penisilin. Antitoksin,       obat kejang dan pembersih luka merupakan tindakan lain yang sangat              penting.
        9)     Sifilis
                Untuk penderita sifilis stadium diniyang alergi terhadap penisilin, dapat              diberikan eritromisin per oral dengan dosis 2-4 g sehari selama 10-15 hari.
        10)   Gonore
                Eritromisin mungkin bermanfaat untuk gonore diseminata pada wanita               hamil yang alergi tehadap penisilin. Dosis yang diberikan ialah 4 kali 500          mg sehari yang diberika selama 5 hari per oral. Angka relaps hampir     mencapai 25 %.
        11)   Penggunaan profilaksis
                Obat terbaik untuk mencegah kambuhnya demam reumatik ialah penisilin.          Sulfonamid dan eritromisin dapat dipakai bila penderita alergi terhadap         penisilin. Eritromisin juga dapat dipakai sebagai pengganti penisilin untuk        penderita endokarditis bakterial yang akan dicabut giginya. Dosis   eritromisin untuk keperluan ini ialah 1 g per oral yang diberikan 1 jam sebelum dilakukan tindakan, dilanjutkan dengan dosis tunggal 500 mg yang   diberikan 6 jam kemudian.
        12)   Pertusis
                Bila diberikan pada awal infeksi, eritromisin dapat mempercepat             penyembuhan.

        Sefalosforin
        Sefalosporin adalah sekelompok obat-obatan jenis antibiotik dengan struktur              yang sedikit serupa dengan penisilin.
        Hingga saat ini, sefalosporin terdiri dari lima generasi atau kelas dan digunakan          untuk mengobati berbagai jenis penyakit akibat infeksi bakteri. Beberapa kondisi          yang dapat diterapi adalah infeksi telinga, pneumonia, meningitis, infeksi kulit,          ginjal, tulang, dan tenggorokan.
        Sefalosporin membunuh bakteri dengan cara mencegahnya membangun dinding        sel. Tiap obat dari generasi sefalosporin memiliki perbedaan efektivitas dalam    melawan jenis bakteri tertentu, serta indikasi penyakit yang berbeda pula.  
        Berikut adalah jenis-jenis antibiotik dan penyakit yang diobatinya:
l   Sefalosporin generasi I, yaitu cefadroxil, cefazolin, cephalexin.
        Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, antara          lain Staphylococcus , Escherichia coli, dan Klebsiella pneumonia.  
l   Sefalosporin generasi II, yaitu cefaclor, cefuroxime, dan cefprozil.
        Obat-obat dari generasi ini digunakan untuk mengobati infeksi bakteri,   antara lain Haemophilus influenza dan Enterobacter aerogenes.
l   Sefalosporin generasi III, yaitu ceftriaxone, ceftazidime, cefixime.
        Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, antara lain   pneumococci, meningococci, E. coli, dan N. gonorrhoeae.
l   Sefalosporin generasi IV, yaitu cefpirome dan cefepime.
        Obat-obat dari generasi ini digunakan untuk mengobati infeksi bakteri,   antara lain Pseudomonas aeruginosa. Indikasi penyakitnya, antara lain    meningitis.
l   Sefalosporin generasi V, yaitu ceftolozane, ceftaroline, dan ceftobiprole.
        Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati infeksi bakteri Staphylococcus        aureus. Indikasi penyakitnya, antara lain infeksi saluran kencing dan perut        yang parah.
Kontraindikasi
§   Penderita yang mengonsumsi obat asam lambung (cimetidine, ranitide    famotidine) dan pereda nyeri ulu hati (esomeprazole dan rabeprazole)       sebaiknya konsul dengan dokter terlebih dahulu.
§   Penderita yang mendapat vaksin oral tifoid tidak disarankan menggunakan        obat ini.
§   Pasien yang memiliki sejarah dengan reaksi alergi yang parah, seperti       anafilaksis, dan urtikaria atau biduran, terhadap penisilin, carbapenem, dan     sefalosporin.
§   Penderita yang sedang menjalani perawatan lain pada waktu yang sama,             termasuk terapi suplemen, pengobatan herba, atau pengobatan pelengkap lainnya.
§   Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat   menggunakan sefalosporin.
Efek samping
        Sama seperti obat-obat lain, sefalosporin berpotensi menyebabkan efek samping.        Sama dengan penisilin, kemunculan alergi bergantung kepada seberapa parah           tingkat alergi pasien dan tipe generasi sefalosporin yang digunakan. Beberapa reaksi yang mungkin muncul, yaitu:
§   Mual
§   Muntah
§   Diare
§   Ruam atau gatal-gatal
§   Gangguan di area perut
§   Pusing
§   Demam
§   Sakit atau peradangan di sekitar area suntikan obat
§   Gangguan yang berhubungan dengan elektrolit tubuh
§   Candidiasis atau infeksi jamur pada area mulut atau vagina
§   Kolitis pseudomembran atau peradangan usus besar
§   Superinfection atau terjadinya infeksi sekunder yang kebal terhadap        pengobatan yang sedang diberikan
§   Gangguan pada ginjal
§   Berkurangnya sel neutrofil (salah satu jenis sel darah putih).
§   Menurunnya tingkat trombosit darah
§    
        Cara Pemberian
        Kondisi
        Mengobati infeksi bakteri

        Dosis awal
        Dewasa 250-500 mg per 8 jam.
        Maks. 4000 mg per hari
        Anak > usia 1 bulan
        20-40 mg/kg per hari (terbagi 2-3 dosis)
Maks. 750-1500 mg per hari

        Obat-obatan yang termasuk ke kelompok sefalosporin, beserta dosisnya,                     diberikan oleh dokter dengan menyesuaikan kondisi pasien, fisik, dan respons       terhadap obat-obatan ini.







2.        Golongan antibiotik yang aman untuk ibu hamil
a)          Penggunaan penicilin pada wanita hamil
                Ada kemungkinan sensitisasi dari tubuh janin selama kehamilan, jika                               seorang wanita mengambil penisilin. Meresepkan antibiotik selama                                       kehamilan, disarankan hanya jika manfaat yang diharapkan lebih besar                            daripada kemungkinan efek samping. Periode laktasi harus berhenti minum             obat, karena zat yang masuk ke susu dan dapat menimbulkan                                                       pengembangan reaksi alergi        yang parah pada anak-anak.
                Yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu hamil dan                    menyusui :
                      Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan            garam Na-nya.

b)          Penggunaan aminoglikosida oleh wanita hamil
                Ada bukti positif antibiotik golongan aminoglikosida beresiko terhadap              janin manusia berdasarkan data-data yang dikumpulkan dari penelitian, data     post marketing ataupun studi pada manusia. Namun jika manfaat                       penggunaan obat ini dapat dijamin, penggunaan antibiotik aminoglikosida pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat tinggi.
                Yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu hamil dan        menyusui :
                      Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin           sulfate, kanamycin sulfate, dan netilmicin sulfate.

c)          Penggunaan makrolid untuk wanita hamil
        Dosis: 4x sehari 500 mg oral selama 7 hari, merupakan obat  terpilih bagi             anak-anak dan ibu hamil.
        Yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu hamil dan        menyusui :
                      Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin,           spiramycin, dan azithromycin.

d)         Penggunaan sefalosforin untuk wanita hamil
        Yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu hamil dan        menyusui :
                      Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl,                   cefotaxime Na, cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor                       dan turunan garam monohydrate-nya, cephadrine, dan ceftizoxime Na.

                      Antibiotik yang aman untuk ibu hamil :
·             Amoxicillin
·             Ampicillin
·             Clindamycin
·             Erythromycin
·             Penicillin




               


3.        Interaksi Antibiotik dengan Obat Lain atau Makanan
       
No
Nama Obat A
Nama Obat B
Mekanisme Obat A
Mekanisme Obat B
Efek
Kategori
1.
Aminoglikosida
(Amikasin, Gentamisin, Tobramisin)
Antijamur
(Amphoterisin B, Imipenem)
Menembus dinding sel bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom bakteri sehingga sintesis protein terganggu
Berikatan dengan ergosterol pada membrane sel yang mempunyai gugus sterol.
Keduanya memiliki efek nefrotoksik sehingga dapat terjadi adisi efek nefrotoksik. Amphoterisin B menurunkan klirens aminoglikosida.
Aditif
2.
Aminoglikosida
(Kanamisin, Streptomisin, Gentamisin, Neomisin)
Diuretik
(Asam etakrinat, Bumetanid, Furosemid)
Menembus dinding sel bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom bakteri sehingga sintesis protein terganggu
Menghambat reabsorpsi ion Na, K dan Cl serta air di lengkung henle
Ototoksisitas - diuretik dapat menyebabkan kerusakan pada telinga dan gangguan pendengaran, tapak kerja aminoglikosida pada jaringan sel rambut pada telinga memudahkan penetrasi diuretik pada jaringan cochlear.
Aditif
3.
Aminoglikosida
(Gentamisin)
Preeclampsia
(Magnesium sulfat)
Menembus dinding sel bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom bakteri sehingga sintesis protein terganggu
Menekan pengeluaran asetilkolin pada motor endplate
Memblok otot pernafasan – aminoglikosida dan ion magnesium punya aktivitas pemblok neuromuskular.
Aditif


No.
Obat A
Obat B
Interaksi yang terjadi
1
Penisilin
Antibiotik Bakteriostatik (Kloramfenikol, aritromisin, tetrasiklin)
Antibiotik bakteriostatik dan bakteri tak boleh dikombinasi karena antibiotik bakteriostatik misalnya kloramfenikol dapat menginhibisi kerja bakterisid dari penicillin.
2
Penisilin
Probenesid
Probenesid menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek atau toksisitasnya
3
Penisilin
Fenilbutazon
Fenilbutazon menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek atau toksisitasnya
















No.
Nama Obat
Makanan
Mekanisme Obat A
Mekanisme Makanan
Efek
1.
Aminoglikosida
Yogurt
Menembus dinding sel bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom bakteri sehingga sintesis protein terganggu.
Mengandung Lisin, meningkatkan terbentuknya karnitin, dengan demikian lemak tubuh yang mengalami β-oksidasi semakin meningkat
Meningkatkan ototoksisitas
2.
Aminoglikosida
Keju Parmesan
Menembus dinding sel bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom bakteri sehingga sintesis protein terganggu.

Mengandung Lisin, meningkatkan terbentuknya karnitin, dengan demikian lemak tubuh yang mengalami β-oksidasi semakin meningkat
Meningkatkan ototoksisitas
3.
Aminoglikosida
Susu
Menembus dinding sel bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom bakteri sehingga sintesis protein terganggu.

Mengandung Lisin, meningkatkan terbentuknya karnitin, dengan demikian lemak tubuh yang mengalami β-oksidasi semakin meningkat
Meningkatkan ototoksisitas

       

BAB III
KESIMPULAN

l   Penisilin adalah antibiotik yang bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dengan mekanisme menghambat sintesa dinding sel bakteri. Obat ini berdifusi baik pada jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali selaput otak mengalami infeksi.
l   Aminoglikosida adalah suatu jenis antibiotik yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi oleh bakteri-bakteri aerob gram negatif dan beberapa bakteri anaerob yang belum resisten terhadap antibiotik golongan ini. Antibiotik ini bekerja dengan cara mengikat ribosom 30s pada bakteri yang menyebabkan kegagalan pembacaan mRNA sehingga bakteri tidak mampu mensintesa protein untuk pertumbuhannya.
l   Macrolide merupakan salah satu golongan obat antimikroba yang menghambatsintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagaiprotein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA.
l   Sefalosporin adalah sekelompok obat-obatan jenis antibiotik dengan struktur yang sedikit serupa dengan penisilin.Sefalosporin membunuh bakteri dengan cara mencegahnya membangun dinding sel. Tiap obat dari generasi sefalosporin memiliki perbedaan efektivitas dalam melawan jenis bakteri tertentu, serta indikasi penyakit yang berbeda pula.       
l   Tidak semua antibiotik dapat diberikan kepada ibu hamil. Apabila keadaan yang mengharuskan untuk mengkonsumsi antibiotik, harus ada resep dari dokter. Agar kesehatan ibu dan janin dapat terjaga.
l   Dalam mengkonsumsi antibiotik juga harus diperhatikan reaksi antibiotik dengan obat yang lain ataupun makanan, terkadang kita tidak memikirkan efek yang terjadi apabila mengkonsumsi antibiotik bersamaan dengan obat lain maupun makanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar