A. PENGERTIAN PSIKOSOSIAL
Manusia
adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .
B.
STATUS EMOSI
Setiap
individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta,
kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz
(1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk
inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya
dapat berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas,
kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.
C. KONSEP
DIRI
Konsep diri
adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain.
Pembentukan
konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya.
a.
Komponen konsep diri
1)
Citra diri
adalah sikap
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup
presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat
ini dan masa lalu.
2)
Ideal diri
Presepsi
individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku.
Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3)
Harga diri
Harga diri
adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana
perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga
dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga diri menjadi
rendah. Harga diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
4)
Peran diri
Peran diri
adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
5)
Identitas diri
Identitas
diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh.
b. Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri
1) Tingkat
perkembangan dan kematangan
Perkembangan
anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.
2) Budaya
Pada usia
anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat
pada lingkungannya.
3) Sumber
eksternal dan internal
Kekuatan dan
perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber
internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber
eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
4) Pengamatan
sukses dan gagal
Ada
kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula
sebaliknya.
5)
Stresor
Stresor
dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan kekuatan. Jika
koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan
kecemasan.
6)
Usia, keadaaan sakit, dan trauma
Usia tua,
keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
c. Kriteria
kepribadian yang sehat
1) Citra
tubuh positif dan akurat
Kesadaran
akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan
kesehatan diri. Termasuk presepsi saat ini dan masa lalu.
2)
Ideal dan realitas
Individu
mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat
dicapai.
3)
Konsep diri yang positif
Konsep diri
yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
4)
Harga diri tinggi
Seseorang
yang akan mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang
yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia
inginkan.
5)
Kepuasan penampilan peran
Individu
yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain
secara intim dan mendapat kepuasan, dapat memercayai dan terbuka pada orang
lain serta membina hubungan interdependen.
6)
Identitas jelas
individu
merasakan keunikan dirinya yang memberiarahkehidupan dalam mencapai tujuan
D.
DEFINISI COPING
Strategi
coping merupakan suatu upaya individu untuk menanggulagi stress yang menekan
akibat masalah yang di hadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif
maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Coping yang
efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang
tidak dapat di kuasainya (lazarus dan folkman).
JENIS-JENIS
KOPING YANG KONSTRUKTIF/SEHAT
KOPING
KONSTRUKTIF/MERUSAK :
1.Penalaran (Reasoning)
Yaitu
penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif
pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang dianggap
paling menguntungkan.
2.
Objektifitas
Yaitu
kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam
pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan
untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang
tidak berkaitan.
3.
Konsentrasi
Yaitu
kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang
dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang
sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu
kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi,
sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak
dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5. Supresi
Yaitu
kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga
memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih
konstruktif.
6. Toleransi
terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu
kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak
jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak jelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu
kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup
kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh
orang lain.
KOPING
POSITIF ( SEHAT)
1.
Antisipasi
Antisipasi berkaitan
dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika
individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari
dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik
atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang
paling sesuai.
2. Afiliasi
Afiliasi
berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain
dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi
konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang
lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3. Altruisme
Altruisme
merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang
lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari
luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4. Penegasan
diri (self assertion)
Individu
berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara
mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi
dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
5.
Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan
diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara
objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap
tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan
pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.
E. HUBUNGAN SOSIAL
Hubungan
sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif dan disosiatif.
Hubungan sosial asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif, artinya
hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas
kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat
negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan
atau solidaritas kelompok yang telah terbangun.
Hubungan
sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan
meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki
bentuk-bentuk berikut ini.
a. Kerja
sama
b. Akomodasi; dapat
diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai keadaan,
akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi antarindividu atau
kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang
berlaku. n masalah yang terjadi dapat dilakukan.
c. Asimilasi; adalah
proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu
lama.
d. Akulturasi; adalah
suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri.
a.
Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh
individu atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa adanya
ancaman atau kekerasan dari para pelaku.
b.
Kontravensi; merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di
antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap
mental yang tersembunyi terhadap orang atau unsur-unsur budaya kelompok lain.
c.
Pertentangan/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di mana
individu atau kelompok menantang pihak lawan dengan ancaman dan atau kekerasan
untuk mencapai suatu tujuan.
F. KONSEP
DIRI REMAJA YANG SEHAT.
Menurut
Lautel dan Klatell tahun 1991, Konsep diri mempengaruhi kesehatan mental dan
bahkan perkembangan kepribadian remaja. Untuk membina konsep diri yang sehat
(positif), remaja perlu menilai diri sendiri.
Candles pada
tahun 1972 mengemukakan bahwa ramaja yang memiliki penilaian diri sendiri,
menapakkan hidup bahagia karena dapat menerima keberadaan dirinya sendiri
sebagaimana adanya. Mereka dapat menyadari bahwa mereka bukanlah individu yang
sempurna, dan dapat menerima kegagalan dan memahami kegagalan tersebut sebagai jalan
untuk sukses, bukan sebagi kebodohan.
Mc Candles
mengemukakan konsep diri remaja sebagai berikut :
1.
Tepat dan sama.
Konsep Diri
remaja tepat dan sama dengan kenyataan pada diri remaja tersebut, contohnya
adalah remaja merasa dirinya mampu berprestasi di sekolah, kenyataannya memang
dia berpretasi di sekolah, atau seorang remaja laki-laki mampu memerankan diri
dengan baik dalam penampilan dan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang
lelaki.
2.
Fleksibel.
Konsep Diri
remaja yang sehat ditandai oleh fleksibel atau keluwesan remaja dalam
menjalankan peran dalam masyarakat. Contohnya sebagai siswa di sekolah tugasnya
adalah belajar, sedangkan dirumah tugasnya sebagai seorang kakak mengasuh adik
dan membantu keluarga. Remaja ini mudah berubah pendapat, sulit dipercaya dan
tidak tegas dalam menentukan jalan hidupnya.
3.
Kontrol diri.
Konsep diri
remaja yang sehat mampu mengatur hidupnya sendiri sesuai standar tingkah laku
dirinya sendiri, bukan di atur oleh orang lain. Remaja ini mudah menyesuaikan
diri dengan standar tingkah laku yang dituntut lingkungan, mudah memotivasi
diri untuk mencapai tujuan hidup.
G.
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN KONSEP DIRI
Menurut E.B. Hurlock (dalam Elida Prayitno, 1990) faktor
perkambangan-perkembangan konsep diri remaja yaitu bentuk tubuh, cacat tubuh,
pakaian, nama dan julukan, inteligensi kecerdasan, taraf aspirasi/cita-cita
emosi, jenis atau gengsi sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, teman-teman
dan tokoh atau orang yang berpengaruh.
Apabila berbagai faktor itu cenderung menimbulkan perasaan positif (bangga,
senang), maka muncul lah konsep diri yang positif. Pada masa kanak-kanak,
seseorang biasanya cenderung menganggap benar apa saja yang dikatakan oleh orang
lain. Jika seorang anak merasa diterima, dihargai, dicintai, maka anak itu akan
menerima, manghargai, dan mencintai dirinya (konsep diri positif). Sebaliknya,
jika seseorang yang berpengaruh disekelilingnya (orang tua, guru, orang dewasa
lainnya, atau teman-temannya) ternyata meremehkan, merendahkannya,
mempermalukan, dan menolaknya, maka pengalaman itu akan disikapi dengan negatif
(memunculkan konsep diri negatif).
Remaja memiliki
cita-cita yang tidak realistis akan mengalami kegagalan. Hal ini
mengakibatkan remaja memiliki perasaan tidak mampu dan menyalahkan lingkungan
diluar dirinya. Sebaliknya remaja memiliki cita-cita realistis, akan memperoleh
penghasilan dan ini akan menimbulkan kepercayaan yang akan memberikan konsep
diri yang baik.
Teman sebaya
mempengaruhi konsep diri remaja dengan dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan bagaimana
teman-temannya menilai dirinya. Kedua, remaja berada dalam tekanan untuk
mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompoknya. Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri
Menurut Mudjiran 2007, usaha guru untuk
mengembangkan konsep diri pada siswanya yaitu:
1. Memberikan penguatan dan menciptakan
situasi belajar yang memberi kesempatan bagi siswa memperoleh penguatan.
2. Memberi sokongan dan menciptakan
situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan siswa tersokong dan di
setujui.
3. Selalu berfikir positif tentang
penampilan, prestasi belajar dan permasalahan siswa.
4. Menciptakan situasi yang
memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar yang sukses yaitu
belajar dengan siswa aktif.
5. Menghargai usaha siswa
melebihi hasil, bukan memberikan penghargaan dari apa yang bukan hasil usaha
mereka.
6. Berusaha mengembangkan bakat dan
keterampilan para siswa, sehingga mereka merasa berguna dan berarti.
7. Suka menyokong dan memberikan
penghargaan bukan mencela dan menyalahkan.
8. Tidak suka bahkan tidak ingin
memberikan penilaian sebelum siswanya memahami dan menguasai berbagai konsep yang
di ajarkan. Hubungan sosial guru dan siswa yang hangat bukan mengkritik,
mencela atau menghukum.
9. Lingkungan sekolah membuat
program-program penampilan fisik untuk remaja pria dan wanita.
10. Lingkunga sekolah yang menimbulkan
perasaan sukses dalam diri setiap siswa dengan berbagai cara.
11. Berfikir positif dalam menilai
menapilkan fisik dan psikis siswa.
H. ASUHAN
KEPERAWATAN
Asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto, 2003 adalah
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian
pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a.
Status emosional
1)
Apakah emosi sesuai perilaku?
2)
Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3)
Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4)
Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5)
Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b.
Konsep diri
1)
Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2)
Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3)
Apakan klien suka akan dirinya?
c.
Cara komunikasi
1)
Apakah klien mudah merespon?
2)
Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3)
Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4)
Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d.
Pola interaksi
1)
Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2)
Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3)
Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e.
Pendidikan dan pekerjaan
1)
Pendidikan terakhir
2)
Keterampilan yang mampu dilakukan
3)
Pekerjaan klien
4)
Status keuangan
f.
Hubungan sosial
1)
Teman dekat klien
2)
Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3)
Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g.
Faktor kultur sosial
1)
Apakah agama dan kebudayaan klien?
2)
Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3)
Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h.
Pola hidup
1)
Dimana tempat tinggal klien?
2)
Bagaimana tempat tinggal klien?
3)
Dengan siapa klien tinggal?
4)
Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i.
Keluarga
1)
Apakah klien sudah menikah?
2)
Apakah klien sudah mempunyai anak?
3)
Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4)
Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5)
Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
2. Diagnosa
Diagnosa
keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran
b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri
b.d kesehatan.
3. Intervensi
Intervensi
pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri
Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang
positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1)
Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang
terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk
memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya
bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri
klien positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body
image.
3) Kajilah
kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat
dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan
emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d
kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1)
Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua
prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
2)
Kaji penyebab perubahan peran.
3)
Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4)
Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5)
Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6)
Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7)
Berikan reinforcement yang positif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep diri
adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain.
Stress
merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang
disebabkan karena perubahan lingkungan.
Perubahan
dari suatu keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi
sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan antara lingkungan internal dan
eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan
normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan menolerir perubahan
situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar