PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang
perlu untuk menegakkan diagnosis thalassemia ialah:
1. Darah (2)
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang
dicurigai menderita thalasemia adalah :
- Darah
rutin
Kadar hemoglobin menurun. Dapat
ditemukan penurunan jumlah eritrosit, peningkatan jumlah lekosit,
ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme akan
terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
- Hitung
retikulosit
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
- Gambaran
darah tepi
Anemia pada thalassemia mayor mempunyai sifat
mikrositik hipokrom. Pada gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan
retikulosit, poikilositosis, tear drops sel dan target sel.
- Serum
Iron & Total Iron Binding Capacity
Kedua pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan anemia terjadi karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi
SI akan menurun, sedangkan TIBC akan meningkat.
- Tes
Fungsi Hepar
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4
mg%. bila angka tersebut sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan
hepatitis, obstruksi batu empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT akan
meningkat dan menandakan adanya kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan ini akan
berakibat juga terjadi kelainan dalam faktor pembekuan darah.
2. Elektroforesis Hb (2)
Diagnosis
definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin. Pemeriksaan
ini tidak hanya ditujukan pada penderita thalassemia saja, namun juga pada
orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis
hemoglobin dan kadar HbA2. Petunjuk adanya thalassemia α adalah
ditemukannya Hb Barts dan Hb H. Pada thalassemia β kadar Hb F bervariasi antara
10-90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.
3. Pemeriksaan sumsum tulang (2)
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses
eritropoesis yang sangat aktif sekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan
eritroid adalah 0,8. pada keadaan normal biasanya nilai perbandingannya 10 : 3.
4. Pemeriksaan rontgen (5)
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan
eritropoesis. Bila tidak mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang
meningkat, mineralisasi berkurang, dan dapat diperbaiki dengan pemberian
tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi tidak optimal terjadi ekspansi
rongga sumsum dan penipisan dari korteknya. Trabekulasi memberi gambaran mozaik
pada tulang. Tulang terngkorak memberikan gambaran yang khas, disebut dengan
“hair on end” yaitu menyerupai rambut berdiri potongan pendek pada anak besar.
5. EKG dan echocardiography untuk
mengetahui dan memonitor keadaan jantungnya. Kadang ditemukan jantung yang
kardiomegali akibat anemianya.
6. HLA typing untuk pasien yang akan di
transplantasi sumsum tulang.
7. Pemeriksaan mata, pendengaran, fungsi ginjal dan
test darah rutin untuk memonitor efek terapi deferoxamine (DFO) dan shelating
agent. (9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar