Jumat, 28 April 2017

Pemberian Obat Epidural



TUGAS KDK II
PEMBERIAN OBAT EPIDURAL

RESPATI LOGO.jpg

Kelas B 13.2
Di susun oleh:
Erika Nur Fitriana
(16140215)




PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017

Cara Pemberian Obat Epidural
Pemberian obat secara epidural adalah Anestesia epidural dihasilkan dengan  menyuntikkan obat anestesi local kedalam ruang epidural. Blok saraf terjadi pada akar nervus spinalis  yang  berasal dari medula spinalis  dan melintasi ruang epidural. Anestetik local melewati duramater memasuki cairan cerebro spinal sehingga menimbulkan efek anestesinya.  Efek anesthesia yang dihasilkan lebih lambat dari anesthesia spinal dan terbentuk secara segmental
1.Suntikan Epidural
   
 Menjelang akhir persalinan tahap pertama dan saat persalinan tahap kedua, umumnya bantuan lebih lanjut untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman adalah anestesi atau pembiusan. Pembiusan yang populer di Indonesia adalah epidural atau painless labour. Pembiusan ini memblok rasa sakit di rahim, leher rahim, dan bagian atas vagina. Meskipun demikian, otot panggul tetap dapat melakukan gerakan rotasi kepala bayi untuk keluar melalui jalan lahir. Ibu tetap sadar dan bisa mengejan ketika diperlukan meskipun dibius
2. Mekanisme kerja epidural 
   
sebagai berikut. Tulang punggung terdiri dari tulang belakang yang terpisah-pisah. Tulang belakang melindungi urat saraf tulang belakang
yang membentang dari pinggul hingga ke pangkal leher. Urat saraf tulang belakang terdiri dari jutaan serabut saraf. Semuanya terhubung ke otak dan ke seluruh bagian tubuh dengan rute berbeda-beda. Secara fungsi, serabut saraf dibagi dua jenis, yaitu serabut urat  dan serabut urat . Serabut saraf sensoris berfungsi menyampaikan pesan, seperti rasa sakit, panas, dan dingin dari tubuh ke otak. Serabut saraf motoris bekerja sebaliknya, yaitu menyampaikan pesan dari otak ke bagian tubuh, antara lain “menyuruh” tubuh bergerak atau berkontraksi.
Padah
pembiusan epidural,
     
bagian yang dibius atau diberi penawar sakit adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim tidak sampai ke otak. Akibatnya, ibu pun tidak merasakan sakit. Namun, pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf motoris sehingga otak tetap dapat “memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi.
Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut.
Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah, kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke pembuluh darah sebelum pembiusan.

Blok epidural
Anastesi lokal di injeksikan ke dalam ruang epiduraln. Kateter kecil di pasang sehingga top-up (dosis bolus) anestesis lokal dapat di berikan setelah dosis sebelumnya habis, atau infus kontinu dapat di berikan menggunakan diver spuit. Analgesia dan anestesia yang di berikan biasanya bersifat total, bia epidural di berikan sebelum pembukaan mencapai 4 cm meningkat resiko terjadinya persalinan lama dan persalinan dengan bantuan alat.

Indikasi blok epidural
-          Pereda nyeri / atas perintaan ibu
-          Bermanfaat saat terdapat kecenderungan persalinan dengan bantuan alat, malposisi,malpresentasi, kehamilan kembar, persalinan lama
-          Hipertensi
-          Persalinan paterm


Kontraindikasi untuk analgesia epidural/spinal
-          Semua jenis malfungsi pembekuan darah
-          Beberapa gangguan neurologis
-          Deformitas spinal
-          Spesis lokal


Combined Spinal Epidural
Sedikit anestetik lokal dan atau analgesik opiat di injeksikan ke daerah subaraknoid. Kemudian sebuah kateter di masukkan ke dalam ruang epidural sehingga analgesia berikutnya dapat di berikan baik secara bolus maupun melalui infus kontinu. Penggunaan opiat (sering kali fentanil) memberikan efek analgesia yang cepat , tetapi berlangsung lama, dan di sertai retensi sensasi. Pemberian dosis opiat kepada ibu harus di observasi, komplikasi, dari prosdur ini dapat berupa depresi pernapasan pada ibu dan janin. CSE masih harus di evaluasi sepenuhnya, peran bidan sama dengan saat CSE sedang di berikan, tetapi ashan kontinu yang di berikan berbeda dengan asuhan yang di beriakn pad aibu yang mendapat epidural standar. Infus intravena dapat di hentikan setelah CSE terpasang, sensasi ibu cukup baik untuk bermobilisasi, berkemih dan mengejan.

Prosedur pemasangan blok epidural (CSE)
-          Dapat persetjuan tindakan dari ibu
-          Anjurkan ibu untuk berkemih
-          Panggil dokter anestesi
-          Siapkan alat:
·         Perlengkapan untuk infus intravena
·         Monitor CTG
·         Troli balutan
·         Short dan sarng tangan steril
·         Paket balutan steril dengan duk lubang dan kasalosion antisptik, biasanya klorheksidin dalam alkohol isopropil 70%
·         Paket epidural biasanya berisi jarum touhy, spui, kateter dan filter
·         Obat anestesi lokal untuk kulit dan epidural seperti lignokain dan bupivakin
·         Spuit dan jaum steril
·         Plester
·         Balutan plastik untuk kulit  
-          Pasang infus intravena, berikan cairan dosis pembenana untuk mencegah hiotensi (sesuai permintaan dokter anestesi)
-          Posisikan ib, biasany salah satu di antara dua cara di bawah ini untuk melengkungkan spina sehinggaakses di antara vertebra dapat di proleh:
·         Miring ke kiri dengan lutut di tekuk dan dagu ke dada, tetapi punggug ibu sangat dekat dengan tepi tempat tidur
·         Dudk di tepi tempat tidur dengan kedua kaki di topang kursi, lengan bersandar di atas meja tempat tidur
-          Bantu dokter anestesi memakai sarung tangan dan skort dan membuat daerah aseptik yang benar, tuangkan losion, buka jarum dan spuit, pegang ampul anastetik lokal untuk di isap isinya, dll
-          Anjurkan ibu untuk tetap diampada posisinya pada saat epidural di pasang ole dokter anestesi. Selama aktivitas berlangsung di bagian punggung ibu, berikut ini bantuan yang di perlukan:
·         Punggung ibu di bersihkan, linen berlubang di bentangkan di tempatnya dan anastetik lokal di insersikan ke dalam kulit
·         Jarum tuohy di insesikan pada ibu bebas kontraksi dan sangat tenang
·         Di gunakan spuit epidural (mengijeksikan udara untuk mengkaji adanya tahanan) untuk memastiakan jarum touhy berada di tempat yang benar
·         Kateter di masukkan ke tempat tersebut dan jarum touchy di cabu
-          Semprotkan kulit plastik di sekitar daerah tusukan dan fiksasi kateter dengan plester, bila anestesik telah siap, iksasi filter di tempat yang mudah di jangkau sering kali di bahu
-          Bantu ibu ke posisi yang sesuai dngan permintaan dokter anestesi selama 20 menit pertama setelah pemberian (sering kali semi rekumben)
-          Kaji dan catat tekanan darah dan nadi setiap 5 menit selama 20 menit beikutnya
-          Observasi kondisi ibu termasuk tingkat nyeri, kehangatan, keamanan, infus intravena, warna dan tanda-tanda mual
-          Panggil dokter anestesi bila ada tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian (hipotensi dapat di atasi dengan peningkatan kecepatan tetesan infus, tetapi dokter anestesi harus tetap di panggil)
-          Bereskan alat dengan benar
-          Pantau kondisi janin, catat epidural pada gambaran CTG
-          Bila dalam 20 menit semua hasil observasi kondisi ibu dalam keadaan normal dan tingkat analgesia telah tercapai , posisikan ibu kembali sesuai keinginannya
-          Lanjutkan perawatan persalinan termasuk perawatan kandung kemuh dan tungkai kebas dan buat catatan yang benar
-          Setelah 2-8 jam lakukan observasi adanya tanda-tanda kekambuhan, berikan top-up sebelum ibu merasa tidak nyaman

Top-up epidural
Top-up epidural di berikan jika pemberian anestesi tidak kontinu baik dalam bentuk epidural standar maupun CSE
-          Kaji adanya kebutuhan pemberian top-up, periksa infus intravena dan siapkan alat:
·         Obat sesuai resep, biasanya bupivikain
·         Jarum dan spuit steril
·         Kapas alohol untuk menghapus kuman
-          Posisikan ibu sesuai instruksi dokter anestesi, biasanya posisi miring pada kala 1 persalinan, dan duduk pada kala II
-          Cuci tangan dan periksa kembali obat anastetik lokal bersama bidan lainnya dan ambil obat dengan dosis yang benar
-          Bila ibu bebas dari kontraksi, buka penutup filter, desinfeksi port tersebut dengan kapas alkohol dan injeksikan obat anastetik lokal dengan kecepatan 5ml/30 detik
-          Observasi ibu untuk adanya reaksi merugikan seperti tinitus, mengantuk dan bicara tidak jelas
-          Pasang kembali tutup filter
-          Nadi dan tekanan darah di ukur sepert ipada pemberian awal
-          Bila perlu posisikan ibu kembali
-          Bereskan alat dengan benar
-          Dokumentasikan pemberian dan pengaruhnya serta lakukan tindakan yang sesuai
-          Lanjutkan observasi untuk dampak dan efek sampingnya


Prosedur pelepasan kanula epidural
Kanula di cabut setelah persalinan selesai
-          Dapatkan persetujuan tindakan dari ibu dan perhatikan privasinya
-          Pasang sarung tangan steril, balutan tahan air dan kulit plastik pada ibu
-          Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril
-          Buka plester dan meminta ibu untuk membungkukan punggungnya, tarik keluar kateter tersebu dengan hati-hati tetapi cepat
-          Pasang kulit plastik dan balutan tahan air steril
-          Periksa kateter untuk kelengkapannya dengan mengkaji gradasi dan keadaan sekeliling ujung kateter, untuk meyakinkan kondisinya
-          Dokumentasikan pancabutan kanula dan lakukan tindakan yang sesuai

Secara ringkas peran dan tanggung jawab bidan adalah:
1.       Memberi penyuluhan dan melakukan persiapan pada ibu, termasuk mendapatkan persetujuan dari ibu
2.       Mengkaji perkembangan yang di alami ibu
3.       Menetapkan beban kerja bidan agar ibu dapat di rawat secara ideal satu bidan untuk satu pasien setelah insersi
4.       Memposisikan ibu dengan benar dan memberi dukungan pada ibu selama pemasangan epidural
5.       Membantu dokter anestesi selama persiapan dan pemasangan
6.       Mengetahui berbagai penyimpangan dari normsl, berespons dan menghubungi anestesi
7.       Melatih dan kompeten untuk melakukan top-up atau perawatan infus kotinu
8.       Melepas kateter epidural dengan benar
9.       Melakukan pencatatan dengan benar







Referensi

Bennett  U  R,  Brown L K  (eds)  1997  Mysles  textbook for midwives,13  eds.  Churchill
Livingstone, Edinburgh
Collis R E,  Davies D, Aveling   1995 Randomised comparison of combined spinal-epidural and
Standard epidural analgesia in labour.The Lancet 3 june (345):1413-1416
May A 1994 Epidurals for childbirth. Oxford University press, Oxford
O’Sullivan G 1997 epidural analgesia in labour: recent developments. British Journal of Midwifery
5(9):555-556



Tidak ada komentar:

Posting Komentar