TUGAS
KDK II
PEMBERIAN
OBAT EPIDURAL

Kelas
B 13.2
Di
susun oleh:
Erika
Nur Fitriana
(16140215)
PROGRAM
STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN
AJARAN 2016/2017
Cara Pemberian Obat Epidural
Pemberian obat secara epidural adalah Anestesia epidural dihasilkan
dengan menyuntikkan obat anestesi local kedalam ruang epidural. Blok
saraf terjadi pada akar nervus spinalis yang berasal dari medula
spinalis dan melintasi ruang epidural. Anestetik local melewati duramater
memasuki cairan cerebro spinal sehingga menimbulkan efek anestesinya.
Efek anesthesia yang dihasilkan lebih lambat dari anesthesia spinal dan
terbentuk secara segmental
1.Suntikan Epidural
Menjelang akhir persalinan tahap pertama dan saat
persalinan tahap kedua, umumnya bantuan lebih lanjut untuk mengurangi rasa
sakit dan tidak nyaman adalah anestesi atau pembiusan. Pembiusan yang populer
di Indonesia adalah epidural atau painless labour. Pembiusan ini
memblok rasa sakit di rahim, leher rahim, dan bagian atas vagina. Meskipun
demikian, otot panggul tetap dapat melakukan gerakan rotasi kepala bayi untuk
keluar melalui jalan lahir. Ibu tetap sadar dan bisa mengejan ketika diperlukan
meskipun dibius
2. Mekanisme kerja epidural
sebagai berikut. Tulang punggung terdiri dari tulang
belakang yang terpisah-pisah. Tulang belakang melindungi urat saraf tulang
belakang
yang membentang dari pinggul hingga ke pangkal leher.
Urat saraf tulang belakang terdiri dari jutaan serabut saraf. Semuanya
terhubung ke otak dan ke seluruh bagian tubuh dengan rute berbeda-beda. Secara
fungsi, serabut saraf dibagi dua jenis, yaitu serabut urat dan
serabut urat . Serabut saraf sensoris berfungsi menyampaikan pesan,
seperti rasa sakit, panas, dan dingin dari tubuh ke otak. Serabut saraf motoris
bekerja sebaliknya, yaitu menyampaikan pesan dari otak ke bagian tubuh, antara
lain “menyuruh” tubuh bergerak atau berkontraksi.
Padah
Padah
pembiusan epidural,
bagian yang dibius atau diberi
penawar sakit adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim
tidak sampai ke otak. Akibatnya, ibu pun tidak merasakan sakit. Namun,
pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf motoris sehingga otak tetap dapat
“memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi.
Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut.
Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah, kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke pembuluh darah sebelum pembiusan.
Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut.
Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah, kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke pembuluh darah sebelum pembiusan.
Blok epidural
Anastesi lokal di injeksikan ke dalam ruang epiduraln. Kateter kecil di
pasang sehingga top-up (dosis bolus) anestesis lokal dapat di berikan setelah
dosis sebelumnya habis, atau infus kontinu dapat di berikan menggunakan diver
spuit. Analgesia dan anestesia yang di berikan biasanya bersifat total, bia
epidural di berikan sebelum pembukaan mencapai 4 cm meningkat resiko terjadinya
persalinan lama dan persalinan dengan bantuan alat.
Indikasi blok epidural
-
Pereda nyeri / atas perintaan ibu
-
Bermanfaat saat terdapat
kecenderungan persalinan dengan bantuan alat, malposisi,malpresentasi,
kehamilan kembar, persalinan lama
-
Hipertensi
-
Persalinan paterm
Kontraindikasi untuk analgesia epidural/spinal
-
Semua jenis malfungsi pembekuan
darah
-
Beberapa gangguan neurologis
-
Deformitas spinal
-
Spesis lokal
Combined Spinal Epidural
Sedikit anestetik lokal dan atau analgesik opiat di injeksikan ke
daerah subaraknoid. Kemudian sebuah kateter di masukkan ke dalam ruang epidural
sehingga analgesia berikutnya dapat di berikan baik secara bolus maupun melalui
infus kontinu. Penggunaan opiat (sering kali fentanil) memberikan efek
analgesia yang cepat , tetapi berlangsung lama, dan di sertai retensi sensasi.
Pemberian dosis opiat kepada ibu harus di observasi, komplikasi, dari prosdur
ini dapat berupa depresi pernapasan pada ibu dan janin. CSE masih harus di
evaluasi sepenuhnya, peran bidan sama dengan saat CSE sedang di berikan, tetapi
ashan kontinu yang di berikan berbeda dengan asuhan yang di beriakn pad aibu
yang mendapat epidural standar. Infus intravena dapat di hentikan setelah CSE
terpasang, sensasi ibu cukup baik untuk bermobilisasi, berkemih dan mengejan.
Prosedur pemasangan blok epidural (CSE)
-
Dapat persetjuan tindakan dari ibu
-
Anjurkan ibu untuk berkemih
-
Panggil dokter anestesi
-
Siapkan alat:
·
Perlengkapan untuk infus intravena
·
Monitor CTG
·
Troli balutan
·
Short dan sarng tangan steril
·
Paket balutan steril dengan duk
lubang dan kasalosion antisptik, biasanya klorheksidin dalam alkohol isopropil
70%
·
Paket epidural biasanya berisi
jarum touhy, spui, kateter dan filter
·
Obat anestesi lokal untuk kulit
dan epidural seperti lignokain dan bupivakin
·
Spuit dan jaum steril
·
Plester
·
Balutan plastik untuk kulit
-
Pasang infus intravena, berikan
cairan dosis pembenana untuk mencegah hiotensi (sesuai permintaan dokter
anestesi)
-
Posisikan ib, biasany salah satu
di antara dua cara di bawah ini untuk melengkungkan spina sehinggaakses di
antara vertebra dapat di proleh:
·
Miring ke kiri dengan lutut di
tekuk dan dagu ke dada, tetapi punggug ibu sangat dekat dengan tepi tempat
tidur
·
Dudk di tepi tempat tidur dengan
kedua kaki di topang kursi, lengan bersandar di atas meja tempat tidur
-
Bantu dokter anestesi memakai
sarung tangan dan skort dan membuat daerah aseptik yang benar, tuangkan losion,
buka jarum dan spuit, pegang ampul anastetik lokal untuk di isap isinya, dll
-
Anjurkan ibu untuk tetap diampada
posisinya pada saat epidural di pasang ole dokter anestesi. Selama aktivitas
berlangsung di bagian punggung ibu, berikut ini bantuan yang di perlukan:
·
Punggung ibu di bersihkan, linen
berlubang di bentangkan di tempatnya dan anastetik lokal di insersikan ke dalam
kulit
·
Jarum tuohy di insesikan pada ibu
bebas kontraksi dan sangat tenang
·
Di gunakan spuit epidural (mengijeksikan
udara untuk mengkaji adanya tahanan) untuk memastiakan jarum touhy berada di
tempat yang benar
·
Kateter di masukkan ke tempat
tersebut dan jarum touchy di cabu
-
Semprotkan kulit plastik di
sekitar daerah tusukan dan fiksasi kateter dengan plester, bila anestesik telah
siap, iksasi filter di tempat yang mudah di jangkau sering kali di bahu
-
Bantu ibu ke posisi yang sesuai
dngan permintaan dokter anestesi selama 20 menit pertama setelah pemberian
(sering kali semi rekumben)
-
Kaji dan catat tekanan darah dan
nadi setiap 5 menit selama 20 menit beikutnya
-
Observasi kondisi ibu termasuk
tingkat nyeri, kehangatan, keamanan, infus intravena, warna dan tanda-tanda
mual
-
Panggil dokter anestesi bila ada
tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian (hipotensi dapat di atasi dengan
peningkatan kecepatan tetesan infus, tetapi dokter anestesi harus tetap di
panggil)
-
Bereskan alat dengan benar
-
Pantau kondisi janin, catat
epidural pada gambaran CTG
-
Bila dalam 20 menit semua hasil
observasi kondisi ibu dalam keadaan normal dan tingkat analgesia telah tercapai
, posisikan ibu kembali sesuai keinginannya
-
Lanjutkan perawatan persalinan
termasuk perawatan kandung kemuh dan tungkai kebas dan buat catatan yang benar
-
Setelah 2-8 jam lakukan observasi
adanya tanda-tanda kekambuhan, berikan top-up sebelum ibu merasa tidak nyaman
Top-up epidural
Top-up epidural di berikan jika pemberian anestesi tidak kontinu baik
dalam bentuk epidural standar maupun CSE
-
Kaji adanya kebutuhan pemberian top-up,
periksa infus intravena dan siapkan alat:
·
Obat sesuai resep, biasanya
bupivikain
·
Jarum dan spuit steril
·
Kapas alohol untuk menghapus kuman
-
Posisikan ibu sesuai instruksi
dokter anestesi, biasanya posisi miring pada kala 1 persalinan, dan duduk pada
kala II
-
Cuci tangan dan periksa kembali
obat anastetik lokal bersama bidan lainnya dan ambil obat dengan dosis yang
benar
-
Bila ibu bebas dari kontraksi,
buka penutup filter, desinfeksi port tersebut dengan kapas alkohol dan
injeksikan obat anastetik lokal dengan kecepatan 5ml/30 detik
-
Observasi ibu untuk adanya reaksi
merugikan seperti tinitus, mengantuk dan bicara tidak jelas
-
Pasang kembali tutup filter
-
Nadi dan tekanan darah di ukur
sepert ipada pemberian awal
-
Bila perlu posisikan ibu kembali
-
Bereskan alat dengan benar
-
Dokumentasikan pemberian dan
pengaruhnya serta lakukan tindakan yang sesuai
-
Lanjutkan observasi untuk dampak
dan efek sampingnya
Prosedur pelepasan kanula epidural
Kanula di cabut setelah persalinan selesai
-
Dapatkan persetujuan tindakan dari
ibu dan perhatikan privasinya
-
Pasang sarung tangan steril,
balutan tahan air dan kulit plastik pada ibu
-
Cuci tangan dan pakai sarung
tangan steril
-
Buka plester dan meminta ibu untuk
membungkukan punggungnya, tarik keluar kateter tersebu dengan hati-hati tetapi
cepat
-
Pasang kulit plastik dan balutan
tahan air steril
-
Periksa kateter untuk
kelengkapannya dengan mengkaji gradasi dan keadaan sekeliling ujung kateter,
untuk meyakinkan kondisinya
-
Dokumentasikan pancabutan kanula
dan lakukan tindakan yang sesuai
Secara ringkas peran dan tanggung jawab bidan adalah:
1.
Memberi penyuluhan dan melakukan
persiapan pada ibu, termasuk mendapatkan persetujuan dari ibu
2.
Mengkaji perkembangan yang di
alami ibu
3.
Menetapkan beban kerja bidan agar
ibu dapat di rawat secara ideal satu bidan untuk satu pasien setelah insersi
4.
Memposisikan ibu dengan benar dan
memberi dukungan pada ibu selama pemasangan epidural
5.
Membantu dokter anestesi selama
persiapan dan pemasangan
6.
Mengetahui berbagai penyimpangan
dari normsl, berespons dan menghubungi anestesi
7.
Melatih dan kompeten untuk
melakukan top-up atau perawatan infus kotinu
8.
Melepas kateter epidural dengan
benar
9.
Melakukan pencatatan dengan benar
Bennett U R,
Brown L K (eds) 1997
Mysles textbook for
midwives,13 eds. Churchill
Livingstone, Edinburgh
Collis R E,
Davies D, Aveling 1995
Randomised comparison of combined spinal-epidural and
Standard epidural analgesia in labour.The Lancet 3
june (345):1413-1416
May A 1994 Epidurals for childbirth. Oxford University
press, Oxford
O’Sullivan G 1997 epidural analgesia in labour: recent
developments. British Journal of Midwifery
5(9):555-556
Tidak ada komentar:
Posting Komentar