Anatomi Fisiologi Payudara, dan Proses Laktasi
1 Anatomi payudara
Dalam
istilah medis, payudara di sebut
gelandulla mammae yang berasal dari bahasa latin payudara (mammae,susu)
adalah kelenjar yg terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Payudara adalah kelenjar yang
terletak di bawah kulit dan di atas otot dada, tepatnya pada hemithoraks kanan
dan kiri dengan batas-batas yang tampak dari luar.
Letak :
Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara
costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding
rongga dada diatas musculus pectoralis major dan dibuat stabil olrh ligamentum
suspensorium.
Bentuk :
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor dari
jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla.
Ukuran :
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih
besar daripada payudara yang lain.
Dalam keadaan normal hanya terdapat
sepasang kelenjar payudara, sedang pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu
dapat membentang dari sekitas lipat paha sampai dada, kelenjar mamma merupakan
ciri pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering
kali berukuran tidak sama.Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang
umumya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar,
mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.
Payudara tampak depan

Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1.
Korpus atau badan, yaitu bagian yang besar
2.
Areola, yaitu bagian tengah yang berwarna
kehitaman.
3.
Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol
di pucak payudara
Secara mikroskopis payudara perempuan
memiliki 3 unsur, yakni kelenjar susu atau alveolus yang menghasilkan susu,
saluran susu (duktus laktiferus) dan jaringan penunjang yang mengikat
kelenjar-kelenjar susu.
A.
KORPUS MAMMAE
Payudara terdiri dari 15-25 lobus masing-masing lobus terdiri dari 20-40
lobus, selanjutnya masing-masing lobus terdiri dari 10-100 alveoli dan
masing-masing di hubungkan dengan saluran air susu atau sistem duktus sehingga
merupakan suatu pohon. Bila di ikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting
susu, akan di dapatkan saluran air susu yang di sebut duktus laktiferus. Di daerah
area mammae duktus laktefirus ini melebar membentuk sinus laktefirus atau
gudang susu (ampulla) di mana tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus
laktefirus terus bercabang cabang menjadi duktus dan duktulus.
Tiap-tiap duktus pada perjalanan selanjutnya di susun oleh sekelompok
alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktus yang terbuka dan sel-sel accini
yang menghasilkan air susu dan di kelilingi otot polos (miopithel) yang
berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli. Alveoli juga dikelilingi
pembuluh darah yang membentuk zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk
proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.
Sedangkan stroma, jaringan penyangga pada korpus
mammae tersusun atas bagian-bagian :
a.
Jaringan ikat
b.
Jaringan lemak
c.
Pembuluh Darah
d.
saraf
e.
Pembuluh limfe
Jaringan lemak disekelilingi alveoli dan laktiferus menentukan besar
kecilnya ukuran payudara. Ukuran payudara besar atau kecil memiliki alveoli dan
duktus laktiferus yang sama, sehingga dapat menghasilkan asi yang sama banyaknya.
Disekeliling alveoli juga terdapat otot polos yang akan berkontraksi dan
memeras keluar asi. Keadaan hormon oksitosin menyebabkan otot polos tersebut
berkontraksi.
B.
AREOLA
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap
penghasilan menyusui. Pada puting dan areola terdapat ujung-ujung saraf peraba
yang penting pada proses reflek saat menyusui dan daerah yang mengalami
hiperpigmentasi lebih atau bagian tengah yang berwarna kehitaman. Warna
kegelapan disebabkan oleh penpisan dan penimbunan pigmen pada kulit, dengan
luas sepertiga atau 12 dari payudara. Puting susu mengandung otot polos yang
dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu.
Pada umumnya puting susu menonjo keluar. Meskipun demikian, kadang-kadang
dijumpai puting yang panjang, datar atau masuk kedalam. Namun, bentuk puting
tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Pada ujung puting susu terdapat
15-20 muara lobus (duktus laktefirus), sedangkan areola mengandung sejumlah
klenjar seperti kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Kelenjar lemak merupakan
kelenjar montgomery yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan
cairan agar puting tetap lunak dan lentur. Di bawah areola saluran yang besar
melebar, di sebut sinus laktefirus. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
C.
Papilla Mammae (Puting susu)
Saluran
susu bermuara ke puting susu, puting susu terletak setinggi kosta IV. Tetapi
terhubung adanya variasi pula. Puting susu memiliki lebih kurang 20 ujung
saluran susu yang berhubungan dengan kelenjar yang berada di payudara. Jaringan
penunjang terdiri dari jaringan lemak dan jarinan ikat yang berada di antara
kelenjar susu dan saluran susu, agar menjadi kesatuan. Selain ketiga unsur
tersebut, terdapat ligamen yang melekat di tulang dada dan otot (musculus
pectoralis mayor) yang berada di dasar payudara. Dengan bertambahnya usia,
ligamen ini akan kendur sehingga payudara akan tampak turun. Sementara itu otot
berfungsi untuk menggerakan payudara jika otot di gerakkan, payudara akan
bergerak. Hal ini berarti otot berfungsi untuk menggerakan payudara. Payudara
juga berhubungan dengan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening yang erat
hubungannya dengan payudara adalah kelenjar getah bening yang ada di ketiak di
atas tulang clavikula. Kelenjar getah bening ini berfungsi sebagai benteng yang
menyaring sel-sel yang meradang akibat infeksi. Jika terjadi infeksi, sel getah
bening akan membesar. Kelainan yang terjadi pada payudara seperti kanker, bisa
terlokalisir pada kelenjar getah bening tersebut.dalam keadaan normal, kelenjar
getah bening tidak terasa waktu di raba. Namun kalau kanker menyebar ke
kelenjar getah bening, kelenjar ini akan terasa seperti benjolan kecil.
Kulit puting susu berpigmen banyak
dan tidak berambut. Papilla dermis mengandung banyak kelenjar sebasea. Ada
empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar, panjang
dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan
areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut
bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana putting tidak lentur, terutama
pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus.
Kulit areola juga berpigmen banyak
tetapi berbeda dengan kulit puting susu ia kadang-kadang mengandung folikel
rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil pada
permukaan areola dan disebut tuberkel montgomery. Pada papilla dan areola saraf
peraba yang sangat penting untuk reflex menyusui. Bila putting diisap,
terjadilah reflex yang sangat diperlukan dalam proses menyusui.
Payudara dibagi menjadi empat
kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui puting susu, masing-masing saling
tegak lurus. Jika payudara dibayangkan sebagai piring sebuah jam, satu garis
menghubungkan ”jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan ”jam 3
dengan jam 9”. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar
(supero lateral), atas dalam (supero medial), bawah luar (infero lateral), dan
bawah dalam (infero medial). Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas
luar (supero lateral).3 Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung
lebih tebal ketimbang daerah payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung
massa jaringan kelenjar mamma yang lebih banyak atau langsung di belakang
areola dan sering menjadi tempat neoplasia. Pada kuadran medial atas dan
lateral bawah, jaringan kelenjar lebih sedikit jumlahnya, dan paling minimal
adalah yang di kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat
terjadi disepanjang garis susu yang membentang dari lipatan garis aksillaris
anterior, menurun hingga lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan
kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong, lemak, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh limfe.3 Jaringan kelenjarnya terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar
radier mengelilingi puting.3,4 Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan
berdilatasi, sesampainya di belakang areola.
Pada retro areolar ini, duktus yang
berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa menyusui, ia akan mengalami
distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke
arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang
bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus
aksretorius lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga
diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang
merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia
superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka
untuk payudara.
Vaskularisasi payudara
Suplai darah ke payudara berasal
sari ateria mammaria internal, arteria mammaria eksterna, dan arteria-arteri
inter costalis superior. Dryniase vena melalui pembuluh –pembuluh yang sesuai,
dan akan masuk kedalam vena mammaria internal dan vena axillaris
Drainase Limfatik
Drainase Limfatik terutama kedalam
kelenjar axillaris, dan sebagian akan dialirkan kedalam fissura portae hepar
dan kelenjar media stinum. Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara
berhubungan satu sama lain.
Persarafan
Fungsi payudara terutama
dikendalikan oleh aktivitas hormon, tetapi kulitnya di persarafi oleh
cabang-cabang nerpustoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama
disekitar areola papila mammae.
Payudara mendapat perdarahan dari :
- Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesui, menembus m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula mamma.
- Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
- A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
- A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.
- Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga
grup vena :
- Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. innominata.
- Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis dan v. thorako-dorsalis.
- Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru)
Sistem limfatik pada payudara
terdiri dari:
- Pembuluh getah bening Pembuluh getah bening aksilla :
Pembuluh gatah bening aksilla ini
mengalirkan getah bening dari daerah- daerah sekitar areola mamma, kuadran
lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah bening mammaria
interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan
medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus
fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial
bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara
ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna. Dari kelenjar mammaria
interna, getah bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus
thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia
rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikardial anterior yang
terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiform. Kelenjar grtah
bening ini juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum falsiforme
dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui
trunkus limfatikus mammaria interna.
- Kelenjar-kelenjar getah bening Kelenjar getah bening aksilla Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla :
- Kelenjar getah bening mammaria eksterna. Untaiab kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalan 2 kelompok :
– Kelompok
superior, terletak setinggi interkostal II-III.
– Kelompok
inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI.
- Kelenjar getah bening skapula. Terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-dorsalis, mulai dari percabangan v.aksillaris menjadi v.subskapularis, sampai ke tempat masuknyav.thorako-dorsalis ke dalam m.latissimus dorsi.
- Kelenjar getah bening sentral (Central nodes). Terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa diantaranya terletak sangat superfisial, di bawah kulit dan fasia pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
- Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes). Terletak antara m.pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v.thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat.
- Kelenjar getah bening v.aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon m.latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan v.aksillaris – v.thorako akromialis.
- Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepanjang v.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris – v.thorako-aktomialis sampai dimana v.aksillaris menghilang dibawah tendo m.subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh klenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
– Kelenjar
getah bening prepektoralKelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal
yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan payudara
kuadran lateral atas. disebut prepektoral karena terletak di atas fasia
pektoralis.
– Kelenjar
getah bening mammaria internaKelenjar-kelenjar ini tersebar sepanjang trunkus
limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum. terletak di
sdalam lemak di atas fasia endothorasika, pada sela iga. diperkirakan jumlahnya
sekitar 6-8 buah.
Tahapan Perkembangan Payudara
Kehidupan
intrauteri
Perkembanfgan
payudara primer terjadi pada kedua jenis kelamin, dan dimulai pada kira-kira
minggu ke 4 kehidupan intrauteri. Timbul rigi longitudinal dari ektoderm yang
menebal pada dinding ventral fetus, yang meluas antara lengan dan tunas anggota
badan atas di kedua sisi. Struktur ini disebut crista mammaria atau rigi susu. Sampai pada akhir kehamilan tunas-tunas
tersebut mengaalami kanalisasi untuk membentuk sel-sel sekretorik susu primitif
(alveoli atau acini) yaitu ductus laktifer dan sel-sel meoepitel. Suatu daerah
cekung yang disebut lekuk (pit) mammaria akan terbentuk saat ductus laktifer
terbuka dan sel-sel disini akan membentuk papila mammae
Saat Lahir
Saat lahir
karena kerja hormon ibu yang beredar didalam darah bayi, maka jaringan payudara
membesar selama beberapa hari pertama kehidupan. Disebabkan oleh penarikan
hormon maternal dari aliran darah bayi. Keadaan ini (mastosis) dapat terjadi
pada bayi laki-laki maupun perempuan
3 Proses Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai 2
pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus sama baiknya.
Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh berbagai hormon, antara lain
estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Hormon lain yang berfungsi
memperlancar pembentukkan ASI (sintesa protein) adalah insulin,
kortikosteroid, tiroksin, dan lain-lain.
Di dalam bagan payudara terdapat
bangun yang disebut alveolus, yang merupakan tempat dimana air susu diproduksi.
Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), dimana
beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus).
Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus.
Akhirnya semua saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus.
Akhirnya semua saluran yang besar ini memusat ke dalam putting dan bermuara ke
luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Hormon Prolaktin
Ketika bayi menyusu, payudara
mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon
Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon
Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu.
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya
tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin
berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi
setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai
di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon
Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap
bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, pada muara saluran ASI.
Sederhananya, mekanisme produksi
susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan tanaman teh atau tanaman kembang
kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau kembang kertas, maka akan tumbuh dari
bawah ketiak daun, dua buah cabang baru. Jadi semakin sering dipetik, semakin
banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak akan ada cabang baru.
Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.
Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.
Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari
payudara, otak juga mengeluarkan hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin.
Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada Prolaktin. Hormon ini juga
masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini
merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil
produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara
saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika
bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI.
Produksi Hormon Oksitosin bukan
hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara. Hormon oksitosin juga
dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar suara
bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis
bayi, sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau
bahkan ketika ibu memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat
menetes keluar.
Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak
bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan memperoleh ASI karena
harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan menyusunya. Akibatnya, bayi akan
kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Kadang-kadang hal ini membuatnya
frustasi, dan kemudian menangis. Peristiwa ini kelihatannya seperti seolah-olah
payudara berhenti memproduksi ASI, padahal tidak. Payudara tetap memproduksi
ASI, tetapi ASI tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini
sangat penting bagi bayi.
Pada beberapa wanita, mulai kehamilan
5 bulan kadang-kadang keluar cairan yang di sebut kolostrum, dan ini tidak
apa-apa.
Selama kehamilan, ASI tidak keluar
karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau
ketiga pasca persalinan, kadar estrogen turun dengan drastis, dan pada saat
inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, diharapkan
sekresi juga makin cepat
Ada 2 refleks yang sangat penting
dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran. Kedua refleks
ini bersumber dari perangsangan putting susu akibat isapan bayi.
- Refleks prolaktin
Seperti telah dijelaskan diatas,
dalam putting susu banyak terdapat ujung saraf peraba. Bila ini dirangsang,
maka akan timbul implus (aliran listrik) yang menuju hipotalamus selanjutnya
kekelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin. Hormon inilah yang memegang peran utama dalam produksi ASI di
tingkat afeolus. Dengan demikian mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan
penyusuan makin banyak pula produksi ASI.
2. Refleks Aliran (Let down reflex)
Rangsangan yang berasal dari putting
susu, tidak hanya diteruskan sampai kekelenjar hipofisis depan, tetapi juga
kekelenjar hipofisis bagian belakang. Akibatnya bagian ini mengeluarkan hormon
oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding
alveolus dan dinding saluran, sehingga asi di pompa keluar. Makin sering
menyusui, pengkosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan
terjadinya bendungan susu makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran asi
yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu penyususan, tetapi juga mudah
terkena infeksi.
Dengan keluarnya oksitosin, hormon
ini akan memacu otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan baik. Tidak
jarang perut ibu merasa mulas pada hari pertama menyusu ini adalah mekanisme
alamiah yang baik untuk kembalinya rahim ke bentuk semula.
Tiga refleks yang penting dalam
mekanisme isapan bayi, yaitu
- reflek menangkap (rooting reflek)
Reflek ini terjadi bila bayi baru lahir
tersentuh pipinya. Dia akan menoleh ke arah sentuhan bila pipinya dirangsang
dengan papila, maka akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkapnya.
- reflek mengisap
Reflek ini mulai apabila
langit-langit mulut bayi tersentuh, sentuhan ini mencapai bagian palatum, maka
sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi maka sinuslaktiverus yang
berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah dan palatum, sehingga
pemerasan ASI lebih sempurna
- reflek menelan
Bila mulut masuk ia akan menelannya.
Zat Penghambat
Produksi ASI juga dikendalikan di
dalam payudara itu sendiri. Bila dalam satu payudara ada banyak ASI yang
tertinggal, maka zat penghambat akan memerintahkan sel-sel pembuat susu untuk
berhenti bekerja. Penghentian ini diperlukan untuk mencegah payudara yang
bersangkutan mengalami efek kepenuhan.
Hal ini menjelaskan kepada kita
mengapa jika bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, maka payudara
tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dari
payudara lainnya. Agar satu payudara tetap menghasilkan ASI, maka ASI yang ada
di dalamnya harus dikeluarkan. Jadi, jika bayi tidak menyusu pada salah satu
atau kedua payudara, ASI SEBAIKNYA DIKELUARKAN DENGAN CARA DIPERAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar